Sebuah cerita tentang kita yang telah lama hilang, kini terbungkus dalam sebuah surat yang cukup aku dan tuhan yang tau. — Si Teoritis
Jakarta, 3 Maret 2021
Dunia terlalu cepat berputar, hingga akhirnya semua yang telah kita mulai tanpa terasa telah selesai dan kini harus kita simpan rapat-rapat dalam sebuah ingatan. Aku bukan seorang pekerja keras yang bisa setiap saat terlihat baik-baik saja setelah semua, begitupun kamu dan perasaanmu. Bukankah bohong jika setelah semua hal istimewa yang telah terjadi semua bisa kembali seperti sedia kala ? seperti bubur yang ingin menjadi padi kembali. Mustahil!!!
Kepada dunia dan seseorang yang ada pada sebuah ingatan saja, aku ingin menyampaikan sedikit isi hatiku yang tertutup rapat. Sisanya biarlah jadi rahasia tuhan dan diriku yang tak mampu ku tuangkan dalam tulisan. Percayalah, hanya aku dan tuhan karna seperti yang kita tau tak pernah tuhan menyebarkan aib hambanya.
Hai … apa kabar ? Aku harap kabarmu baik-baik saja disana. Bagaimana keadaanmu saat ini ? Aku yakin saat ini kamu pasti sedang bahagia dan tenang dialam sana. Rasanya sudah lama sekali aku tak melihat senyum diwajahmu itu, bahkan tak pernah hilang bayangan tentang indahnya matamu saat pertama kali kita bertemu. Kebetulan yang sangat unik hingga akhirnya pertemuan kita menjadi sebuah cerita yang kini hanya bisa ku kenang saja, baik dalam memoriku atau tulisanku.
Masih ingatkah kamu ? Saat itu kamu menyapaku untuk pertama kalinya saat aku duduk di bangku depan meja barista sembari memperhatikannya menyeduh kopi pesananku, kamu menyapaku dan berkata jika kita pernah ada di satu kelas yang sama saat semester dua dulu. Meskipun dikelas yang sama, tapi kita tak pernah saling berbicara atau berkenalan waktu itu. Memang itu benar, tapi aku tak langsung membenarkannya karena memang aku yang mudah lupa sehingga perlu beberapa saat hingga akhirnya ada kepingan memori datang yang mengingatkanku padamu teman asing yang tak pernah aku kenal. Selanjutnya mungkin kita bisa menebaknya. Obrolan basa-basi panjang oleh dua orang yang baru mengenal setelah tau pernah dalam satu kelas yang sama selama satu semester tapi tak pernah saling kenal. Percayakah kamu ? Aku masih menyimpan dengan baik direct message insatgram pertama darimu yang berisi ajakan kembali nongkrong ke tempat kopi waktu itu.
Rasanya agak sesak dadaku mengingat masa yang telah lalu, akan tetapi diawal tadi aku sudah bilang bahwa surat ini adalah separuh isi hatiku, jadi aku tak akan berhenti disini untuk menuliskan rangkaian kalimat untuk mu.
Kita memang hanya teman biasa, yang bertemu lewat bangku kuliah, berkenalan dikedai kopi sederhana dan sesekali bertemu untuk sekedar bersendau gurau, bertukar pikiran atau kebetulan bertemu dan saling bercerita. Aku adalah tipikal orang yang berpikir menggunakan banyak imajinasi, toeri, perasaan dan sedikit logika. Sedangkan kamu adalah tipikal orang yang berpikir dengan sangat realistis, kejam dan sedikit perasaan. Maka tak jarang perbedaan dan perdebatan yang tak dapat dihindari saat kita bersama. Ya … mari kita bayangkan bersama, seberapa sering kita berdebat dulu saat sedang bersama. Banyak sekali perbedaan yang membuat kita berulangkali mendebatkan sesuatu yang saling bertentangan, akan tetapi akhirnya kita tertawa kembali seolah ini adalah hal yang seru dan baru. Kamu menjadi sosok teman yang berharga bagiku, sehingga saat bersamamu hidupku terasa lebih berwarna dan bahagia.
Bisakah kamu tebak apa yang akan aku sampaikan selanjutnya ? Haha … pasti kamu mengira kalau selanjutnya adalah bagaian dimana kamu menyatakan sesuatu yang merusak pertemanan kita. Tentu saja jawabannya adalah “Salah” hehe. Selanjutnya yang akan ku tulis adalah waktu paling menyenangkan dan berkesan dalam hidupku saat bersamamu. Aku yakin kamu pasti tak akan pernah menyangka ini dan sayangnya kamu tak akan pernah tau itu. Pertemanan kita sangat menyenangkan, aku bisa bebas apa adanya saat berbicara padamu, tentang imajinasiku, teori-teori logika dangkalku, cita-cita fanaku, harapan-harapan tak berdasarku dan banyak hal lain yang sering kamu dengar dari mulutku. Lagi-lagi tak pernah rasanya aku berhasil menang melawanmu saat perbedaan antara aku dan kamu bertemu lalu beradu. Begitu saja hingga tak terasa kamu sudah jadi bagian penting dalam hidupku, teman baikku.
Jalan-jalan mengelilingi Kota Tanggerang, Tanggerang Kota, Tanggerang Selatan, Ciputat, Pamulang, Bintaro dan kembali pulang ke kosanku lagi di tengah malam ditemani banyaknya kerlipan bintang dan terangnya lampu bangunan disekitar jalan yang telah kita lalui berdua saja. Rasanya seluruh tekanan dan beban hidupku terangkat begitu saja saat aku kembali pulang dengan perasaan hati yang lega. Mungkin ini yang disebut dengan impian yang jadi kenyataan. Sepanjang jalan tanpa henti-hentinya aku bercerita tetang bagaimana isi pikiranku saat itu, bagaimana logikaku berjalan dalam memandang dunia, seperti apa perbedaan sosial ditempat kita dan masih banyak hal lainnya. Seperti biasa kamu memberikan respon yang menyebalkan dengan menentang beberapa pendapatku, tetapi aku menyukai itu.
Aku tak tau, sudah berapa lama kita bersama dengan rutinitas yang hampir sama tetapi tak ada yang benar-benar sama, karena setiap pertemuan kita selalu hal berbeda dan baru yang kita bicarakan. Sungguh, sepertinya hidupku berjalan dengan baik dan damai sampai akhirnya sebuah kata yang merusak pertemanan itu terucap darimu. Pastinya ada dua jalan cerita yang telah terbuka antara aku dan kamu.
Kita menjadi dua orang teman yang canggung dengan berusaha melupakan kata perusak pertemanan itu. Hari demi hari terlewati hingga menjadi minggu, lalu minggu demi minggu terus berjalan hingga menjadi bulan dimana rasa tenang dan senang sebelumnya berubah menjadi rasa canggung dan kepura-puraan. Aku tau ini memang tidak baik, tetapi kamu pun juga menyadari bahwa aku tak ingin memulai ataupun kehilangan pertemanan ini. Perdebatan tak lagi terjadi diantara kita berdua, melainkan terjadi pada hati dan logikaku tentang rasaku padamu. Hal itu terus menerus mengganggu hari-hariku hingga akhirnya kamu memutuskan untuk melanjutkannya. Tentu saja, aku tak ingin kehilanganmu sebagai temanku, lantas aku menerimamu untuk menjadi sosok berharga dalam hidupku. Aku tau setelah ini tak akan ada kata kembali seperti sedia kala.
Bolehkah aku sedikit berkhayal ? Tentang bagaimana seorang pria yang mengejar cintanya dengan berbagai hal romantis dan menyenangkan. Hehe tentu saja boleh kan, pasti boleh kalau denganmu, karena kamu tak pernah melakukan itu padaku. Tak ada perubahan yang istimewa diantara kita, aku ya tetap aku dan kamu ya tetap kamu seperti itu saja tak ada hal romantis seperti khayalanku tadi.
Mungkin ini yang disebut menjalin hubungan dengan teman, tak begitu menyenangkan diawalnya bahkan terkesan terlalu biasa jika ini disebut dengan hubungan. Rutinitas perdebatan kita sudah tak sesering dulu, bahkan kita terkesan ingin menyamakan sesuatu yang dulu kita anggap berbeda. Memang benar kita sudah berteman cukup lama, akan tetapi perubahan status membuat kita perlu menyesuaikan diri kita kembali. Tak terasa semua terlewati begitu saja hingga tak sadar sejak kapan perasaan itu datang rasanya sudah memenuhi seluruh rongga dadaku. Rasa senang dan damai yang dulu pernah ada kembali datang begitu saja seolah semua kembali dengan dua kali lipat karena aku tau bahwa kamu bukan hanya mendengarkanku tetapi turut memperdulikan serta memperhatikanku.
Mabuk asmara memang bagaikan racun bagi dua orang manusia yang sedang dalam masa-masanya. Habis gelap terbitlah terang, begitu pula habis terang muncullah gelap, bagaikan roda yang berputar kadang diatas dan juga dibawah. Semua perjalanan hidup manusia pasti pernah ada dititik paling rendah dan titik paling atas. Hal ini tentu saja untuk membuat manusia sadar bahwa tidak ada sesuatu yang abadi maka kita harus berusaha sebaik mungkin untuk hidup ini.
Hal-hal baik terus terjadi kepada kita waktu itu, banyak sekali momen-momen yang telah kita abadikan melalui foto dan video. Aku bersyukur pernah mengabadikan berbagai momen bersamamu, karena mungkin jika tidak aku akan menjadi seorang yang benar-benar menyesali kebodohanku seumur hidup. Percayalah kita adalah sepasang manusia yang selalu berusaha untuk menjadi manusia dengan versi terbaik dari diri kita masing-masing. Belajar untuk memahami kekurangan untuk terus berkembang, mengembangkan kelebihan untuk dijadikan keahlian dan banyak sekali hal positif yang terus aku lakukan ketika bersamamu. Tak jarang teman-temanku merasa iri denganku karena pencapaian yang dulu terlihat mustahil bagiku telah berhasil ku capai berkat bantuanmu dan begitu pula dirimu.
Semua berjalan begitu indah dan menyenangkan, aku tau jika di dunia ini roda selalu berputar semua selalu bisa berubah drastis dengan begitu saja ketika Tuhan telah berkehendak maka semua akan terjadi.
Jika boleh memilih jalan untuk hidup tanpa pernah mengenalmu atau jalan hidup yang sekarang telah aku lewati dengan beribu rasa lara yang ada di dada, maka aku akan tetap memilih untuk jalan hidup yang telah terjadi. Bukan berarti aku bodoh karena mau menerima semua kepedihan ini, akan tetapi terlalu banyak pembelajaran yang telah kita lewati dengan bersama hingga akhirnya kehilanganmu adalah hal yang membuatku jatuh sejatuh-jatuhnya tanpa tersisa. Dalamnya rasa yang pernah ada serta tulusnya hati dalam mencinta makhluknya menjadi sebuah pisau bermata dua. Tajam dalam menangkap hal baru, mengejar pengalaman dan pendewasaan tetapi tumpul dalam mengikhlaskan serta kehilangan. Roda selalu berputar, tak ada satu pun didunia ini yang benar-benar abadi. Percayalah, dunia dan seisinya hanyalah fana kecuali Tuhan dan rasa ini padamu.
Masih menyimak ? Semoga kamu tidak bosan dengan rangkaian kalimat ini. Sejak kejadian itu, tak bisa ku pungkiri jika duniaku telah berubah. Pelangi menjadi kelabu untuk beberapa waktu yang tak tentu. Mengingatmu merupakan suatu kegiatan yang tak pernah absen ku lakukan dalam malam-malam panjang ini. Percayalah, aku tau jika tak akan pernah tersampaikan surat ini padamu, tak akan pernah kau baca separuh isi hatiku ini. Kita memang sudah berbeda, kamu bahagia dan damai disana sedangkan aku harus terjatuh tersungkur terlebih dahulu hingga tertampar kenyataan bahwa aku harus terus berjalan. Hidup memang bukan pilihan, karena umur, harta, jodoh dan kematian sudah ditentukan oleh Tuhan. Namun percayalah dalam hidup kita dapat memilih tentang banyak hal, termasuk untuk mengenangmu dan terus berjalan meski tanpamu.
Bertemu denganmu adalah sebuah scenario Tuhan yang paling indah dalam jalan hidupku. Aku tak pernah menyesali atau meratapi dengan kebencian apapun yang telah terjadi untuk akhir yang tak diinginkan ini, tetapi aku terima dengan sepenuh hati dengan menyimpannya rapi dalam memori serta tulisan ini. Aku memang sempat berfikir jika Tuhan tak adil padaku, tetapi bukan Tuhan yang tak adil, ternyata aku yang tak pandai dalam bersyukur kepadanya. Karenanya aku telah dipertemukan denganmu, menjalani hidup bahagia bersamamu meskipun dengan waktu yang singkat. Semoga kamu selalu bahagia dan damai disana, dimanapun kau berada. Kepada mu dan Tuhan aku ucapkan terimakasih atas semua pertemuan yang telah terjadi. Aku bahagia.